Jumat, 01 Oktober 2010

AKHLAQ

AKHLAQ

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam yang dibina oleh :
Dra. Hj. Mukni’ah, M.Pd.I



MAKALAH




Oleh :

Ainur Rasyid (100210402087)
Nur Hafidoh (100803101002)
Husnul Khotimah (100803101011)
Nency Yella Tragindi (100810101022)
Agung Tri D. (100210402099)
Lely Agustin (100810101021)



Universits Jember


Oktober 2010




KATA PENGANTAR


Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Akhlaq”. Tugas makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam yang dibina oleh Dra. Hj. Mukni’ah, M.Pd.I

Penyelesaian makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak oleh karena itu kami menyampaikan terima kasih kepada :

1. Ibu Muqni’ah selaku dosen pembimbing mata kuliah Pendidkan Agama Islam.
2. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penyusun juga menerima segala kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan tugas makalah ini. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Jember, 1 Oktober 2010.



Penyusun,













DAFTAR ISI


 HALAMAN JUDUL i
 KATA PENGANTAR ii
 DAFTAR ISI iii
 BAB I 1
- Pendahuluan 1
- A. Latar Belakang 1
- B. Rumusan Masalah 1
- C. Tujuan dan Manfaat 2
 BAB II 3
- Isi 3
- A. Jenis-Jenis Akhlaq 3
- B. Mengembangkan Perilaku Adil, Sabar,
Syukur, dan Pemaaf dalam pergaulan. 12
- C. Faktor-faktor yang Membentuk dan
yang Mempengaruhi Akhlaq Manusia 16
 BAB III 19
- Penutup 19
- A. Kesimpulan 19
- B. Saran 19
 DAFTAR PUSTAKA 20











BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada hakikatnya manusia berkahlaq. Setiap manusia di dunia pasti mempunyai akhlaq. Namun tidak setiap manusia berakhlaq mulia. Seiring dengan perkembangan zaman akhlaq manusia bertambah jelek dan sering melakukan maksiat yang melanggar aturan Tuhan Yang Maha Esa. Manusia telah banyak lupa kepada Sang Pencipta-Nya. Karena manusia dengan akhlaq yang tidak diridhoi Allah membuat dunia semakin tidak tentram, pertengkaran dan pertikaian dimana-mana.

Sudah saatnya manusia untuk berubah dari buruk menjadi baik dengan bertaqwa, yaitu mengerjakan segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya. Saling menghormati sesama manusia juga sangat diperlukan dalam kehdupan sehari-hari. Dengan menghormati, dunia ini akan semakin tentram. Tidak akan ada pertikaian dan peperangan antar negara, manusia, dan agama jika seluruh manusia saling menghormati satu sama lain.

Karena itu, dengan makalah ini marilah kita bersama-sama untuk menjalankan segala perintah-nya dan menjauhi segala larangannya. Makalah yang berjudul akhlaq membahas tentang jenis akhlaqul karimah (baik) untuk kita amalkan di dalam setiap kehidupan manusia dan akhlaq yang tercela untuk dijadikan peringatan bagi setiap manusia.

B. Rumusan Masalah

• Berapakah jenis-jenis akhlaq?
• Apa pengertian akhlaq mahmudah dan akhlaq mdzmumah?
• Apa pengertian adil, syabar, syukur, dan pemaaf dan implementasinya dalam kehidupan manusia?
• Apa saja faktor yang membentuk dan mempengaruhi akhlaq?


C. Tujuan dan manfaat

• Untuk mengetahui jenis-jenis akhlaq
• Untuk mengetahui dan mengamalkan akhlaqul karimah dan menjauhi akhlaq madzmumah
• Mengetahui penerapan adil, sabar, syukur, dan pemaaf.
• Mengetahui faktor yang membentuk dan mempengaruhi akhlaq.







































BAB II
PEMBAHASAN

A. Jenis-Jenis Akhlaq

Akhlaq dibagi menjadi dua bagian, Akhlaq Mahmudah (Akhlaq Terpuji) dan Akhlaq Madzmumah (Akhlaq Tercela). Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut :

a) Akhlaq Mahmudah

Akhlaq mahmudah adalah akhlaq yang terpuji. Akhlaq mahmudah dibagi menjadi lima bagian : Akhlaq yang berhubungan dengan Allah, Akhlaq diri sendiri, Akhlaq terhadap keluarga, Akhlaq terhadap masyarakat, Akhlaq terhadap alam.

a. Akhlaq yang berhubungan dengan Allah.

• Mentauhidkan Allah
• Taqwa, yaitu Menjalankan segala perintah Allah dan Menjauhi segala larangan-Nya.
Firman Allah SWT :

 ••       
       
 •       •     
Artinya :

“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.”
(Q.S. An-Nisa: 1)

• Berdo’a
• Dzikrullah
• Tawakkal, yaitu berserah diri kepada Allah.
Firman Allah SWT :

            
          
      •    
Artinya :

“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.”
(Q.S. Ali Imron: 159)

b. Akhlaq diri sendiri.

• Sabar
• Syukur
• Tawadhu’, yaitu sifat rendah hati atau tidak sombong.
Firman Allah SWT :

   ••  •   • 
•    •   
Artinya :

“dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.”
(Q.S. Luqman: 18)

• Iffah, yaitu menahan diri dari melakukan hal yang terlarang
• Hilmun, yaitu menahan diri dari marah
• Amanah atau jujur
• Syaja’ah, yaitu berani karena benar
• Kana’ah, yaitu merasa cukup dengan apa yang ada.

c. Akhlaq terhadap keluarga.
• Birrul Walidain, yaitu berbakti kepada orang tua.
Firman Allah SWT :
         
       
        
•       • 
Artinya :

“sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, Ibnu sabildan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri,”
(Q.S. An-Nisa’: 36)

• Adil terhadap saudara
• Membina dan mendidik keluarga
• Memelihara keturunan

d. Akhlaq terhadap masyarakat.

• Ukhuwah atau persaudaraan
• Ta’awun atau tolong menolong
Firman Allah SWT :
          
        
         •  
         
         •  
•    
Artinya :
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keredhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, Maka bolehlah berburu. dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.”
(Q.S. Al-Maidah: 2)
• Adil
• Pemurah
• Penyantun
• Pemaaf
• Menepati janji
• Musyawarah
• Wasiat di dalam kebenaran

e. Akhlaq terhadap alam.

• Memperhatikan dan merenungkan penciptaan alam
• Memanfaatkan alam.

b) Akhlaq Madzmumah

Akhlaq Madzmumah adalah Akhlaq yang tercela. Suatu perbuatan tercela erat kaitannya dengan maksiat. Di dalam kitab Sullamut Taufiq karya Syaikh Abbdullah bin Thahir bin Muhammad bin Hasyim Ba Alawi diterangkan bahwa Akhlaq Madzmumah yang terdapat dalam maksiat anggota tubuh dibagi menjadi sembilan bagian yaitu Maksiat Hati, Maksiat Perut, Maksiat Mata, dan Maksiat Lisan, Maksiat Kedua tangan, Maksiat Telinga, Maksiat Kemaluan, Maksiat Kaki, dan Maksiat Badan (tubuh).

a. Maksiat Hati

Maksiat Hati adalah maksiat yang berasal dari dalam hati (diri) manusia. Contoh-contoh maksiat hati antara lain:

• Riya’, yaitu perbuatan (memamerkan) dengan perbuatan baik, yaitu beramal karena manusia. Dan Riya’ tersebut menggugurkan pahala amal, seperti ujub dengan taat kepada Allah, yaitu melihat bahwa ibadah tersebut muncul dari dirinya tanpa adanya anugrah dari Allah.
• Dengki, yaitu menyembunyikan permusuhan ketika dikerjakan sesuai dengan tuntutannya dan tidak membenci pada kedengkian itu.
• Hasud, yatu membenci nikmat milik orang muslim dan merasa berat pada nikmat apabila tidak membencinya atau dikerjakan menurut tuntutannya.
• Israf/Tabzir, Memboroskan, bermewah-mewahan, berlebih-lebihan
Firman Allah SWT :

•          
Artinya :

“ sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara saudara setan dan setan itu adalah sangat ingkar kepada tuhannya.”
(Q.S. Al-Isra’: 27)

• Ragu-ragu pada keberadaan Allah
• Sombong terhadap Hamba Allah
• Mengungkit-ngungkit sedekah
• Terus menerus berbuat pada suatu dosa
• Mendustakan takdir
• Merasa gembira dengan kemaksiatan, baik dari dirinya atau orang lain
• Melakukan penipuan walaupun pada seorang kafir
• Kikir dengan apa yang diwajibkan Allah

b. Maksiat Perut.

• Memakan riba
• Memakan harta anak yatim atau harta wakaf
• Minum khamar


c. Maksiat mata

• Melihat seseorang yang bukan muhrimnya.
• Melihat ke dalam rumah orang lain tanpa seizinnya (pemiliknya)
• Menyaksikan kemungkaran
• Tajassus (memata-matai).

d. Maksiat Lisan

• Mengingkari janji
• Saksi palsu
• Mencela, mencacat, dan melaknat
• Menghina orang muslim
• Ghibah, yaitu membicarakan sesuatu yang terdapat pada orang lain yang apabila sampai kepadanya dia tidak akan menyukainya
Firman Allah SWT :
             
             
•   •    
Artinya :

“ Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.”
(Q.S. Al-Hujarat: 12)




• Fitnah, berita bohong atau desas-desus tentang seseorang karena adanya maksud-maksud yang tidak baik dari pembuat fitnah kepada sasaran fitnah
Firman Allah SWT :
…    …. 

Artinya :
“...Fitnah itu bahayanya lebih besar daripada pembunuhan...”
(Q.S. Al-Baqarah: 191)
• Berdusta atas nama Allah
• Talak bid’ah, yaitu menceraikan istri yang sudah disetubuhi ketika sedang haid atau nifas
• Zhihar, yaitu suami menyerupai istrinya seperti ibunya atau saudara perempuan suaminya
• Lahn,
• Berfatwa tabpa ilmu
• Meratapi, menangis berlebih-lebihan dengan menjerit-jerit pada seorang mayit
• Meniup seruling
• tidak menjawab salam yang wajib bagimu
• Namimah.

e. Maksiat Telinga

• Mendengar pembicaraan suatu kaum yang dirahasiakan dari pendengarnya
• Mendengar suar-suara yang diharamkan seperti seruling

f. Maksiat Kedua Tangan

• Mengurangi takaran, timbangan, dan ukuran panjang
• Mencuri
• Ghosob
• Merampok
• Membunuh
• Memukul tanpa hak
• Menulis sesuatu yang haram diucapkan
• Membakar hewan
• Menyentuh seseorang yang bukan muhrimnya.

g. Maksiat Kemaluan

• Berzina
• Liwath (homoseks/lesbian)
• Onani dengan tidak mnggunakan tangan istrinya
• Bersetubuh pada masa haid atau nifas
• Meninggalkan khitan sampai masa baligh
• Membuka aurat di hadapan orang yang haram melihatnya

h. Maksiat kaki

• Berjalan pada kemaksiatan
• Pelarian diri
• Lewat di depan orang yang sedang shalat
• Memanjangkan kaki ke arah mushaf Al-Qur’an
• Congkak ketika berjalan

i. Maksiat Badan (Tubuh)

• Memutus tali silaturahmi
• Memutus mengerjakan ibadah fardhu tanpa udzur
• Bertato
• Sombong
• Selingkuh
• Menolong untuk melakukan kemaksiatan
• Ahli suatu daerah meninggalkan jamaah pada shalat fardhu
• Menajiskan masjid
• Menyerahkan harta untuk kemaksiatan
• Mengubah batas-batas tanah
• Mengerjakan sihir
• Tidak adil dalam beberapa istri

B. Mengembang Perilaku Adil, Sabar, Syukur, dan Pemaaf dalam pergaulan.

1. Adil.

Secara bahasa, adil berarti meluruskan, menyamakan, dan berbuat adil. Adil menurut istilah adalah suatu sikap yang netral atau tidak memihak dalam menentukan suatu permasalahan yang terjadi pada seseorang. Menurut Hafiz Hasan Al-Masudi, adil adalah tengah-tengah (tidak memihak) dalam semua urusan dan menjalakannya sesuai dengan syariat.

Lebih lanjut Hafiz Hasan Al-Masud membagi adil menjadi dua, yaitu adil terhadap dirinya sendiri dan adil terhadap orang lain. Adil untuk dirinya sendiri berarti menjaga keseimbangan antara kewajiban dan perolehan hak. Sebagai contoh, apabila orang bekerja keras sebagai suatu kewajibannya mencari nafkah maka harus diimbangi dengan istirahat yang cukup dan pemenuhan gizi yang memadai. Adil terhadap orang lain seperti, keadilan pemimpin terhadap rakyat dengan prinsip memberikan hak-haknya, keadilan rakyat terhadap pemimpinnya, dan keadilan manusia dengan sesamanya.

Konsep anjuran keadilan untuk kehidupan manusia tercantum dalam Al-Qur’an.
Firman Allah SWT :
 •        
        



Artinya :
‘’ Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.”
(Q.S. An-Nahl: 90)

2. Sabar

Sabar berasal dari bahasa Arab dari akar SHABARA (صَبَرَ), hanya tidak yang berada dibelakang hurufnya karena ia tidak bias berdiri sendiri. Shabara’ala (صَبَرَ عَلَى) berarti bersabar atau tabah hati, shabara’an (صَبَرَ عَنْ) berarti memohon atau mencegah, shabarabihi (صَبَرَ بِهِ) berarti menanggung.

Sabar dalam bahasa Indonesia berarti : Pertama, tahan menghadapi cobaan seperti tidak lekas marah, tidak lekas putus asa dan tidak lekas patah hati, sabar dengan pengertian sepeti ini juga disebut tabah, kedua sabar berarti tenang; tidak tergesa-gesa dan tidak terburu-buru. Dalam kamus besar Ilmu Pengetahuan, sabar merupakan istilah agama yang berarti sikap tahan menderita, hati-hati dalam bertindak, tahan uji dalam mengabdi mengemban perintah-peintah Allah serta tahan dari godaan dan cobaan duniawi Aktualisasi pengertian ini sering ditunjukan oleh para sufi.

3. Syukur

Pengertian syukur secara terminology berasal dari kata bahasa Arab, berasal dari kata شكر-يشكر-شكرا‘’ yang berarti berterima kasih kepada atau dari kata lain ‘’ شكر‘’ yang berati pujian atau ucapan terima kasih atau peryataan terima kasih. Sedangkan dalam kamus besar bahasa Indonesia syukur memiliki dua arti yang pertama, syukur berarti rasa berterima kasih kepada Allah dan yang kedua, syukur berarti untunglah atau merasa lega atau senang dan lain lain. Sedangkan salah satu kutipan lain menjelaskan bahwa syukur adalah gambaran dalam benak tetang nikmat dan menampakkannya ke permukaan. Lain hal dengan sebagaian ulama yang menjelaskan syukur berasal dari kata ‘’syakara’’ yang berarti membuka yang dilawan dengan kata ‘’kufur’’ yang berarti ‘’menutup atau melupakan segala nikmat dan menutup-nutupinya.
Firman Allah :
      
  •   

Artinya :
“ Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni’mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni’mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”.”
(Q.S. Ibrahm: 7)

4. pemaaf dalam pergaulan.

Pemaaf berarti merelakan atas kesalahan orang lain. Memaafkan sangat perlu dalam kehidupan manusia. Dengan saling memaafkan, kehidupan ini serasa lebih damai, nyaman dan tentram.

1 Syawal adalah hari yang paling ditunggu oleh semua manusia yang beragama Islam di dunia. Pada hari inilah semua umat Islam di dunia meraikan Aidilfitri yang mulia. Pada hari inilah semua umat Islam bermaaf-maafan sesama sendiri. Tetapi tahukah mereka apa itu pengertian 'MAAF' ?





Firman Allah SWT :
       
Artinya :
“Jadilah engkau pema'af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh. “
(Q.S. Al-A’raff: 199)

Jadi disini dapat disimpulkan, mereka yang tidak memaafkan sesama mereka seperti yang sepatutnya adalah orang yang rugi. Ini kerana mereka akan kekurangan kawan dan memutuskan rahmat dari Allah kerana mereka memutuskan silaturahim antara mereka. Jadi mereka yang bukan pemaaf hendaklah dijauhkan diri kerana mereka ini adalah orang-orang yang bodoh dan rugi.

Pengertian memaafkan :
1)Anda melupakan hasrat membenci mereka.
2)Anda membatalkan hasrat untuk membalas dendam.
3)Anda membatalkan hasrat menghukum mereka.
4)Anda membatalkan untuk menyimpan dendam.
Inilah pengertian maaf yang sebenarnya. Jadi tanyalah diri sendiri, adalah kita ini seorang yang pemaaf? dan adakah maaf yang kita ucapkan itu adalah maaf yang dituntut? adakah ianya maaf yang sebenarnya? Jika tidak, perbaikilah diri kita sendiri dan muhasabahlah diri sendiri, adakah kita ini lebih baik dari orang lain sehinggakan kita ini tidak dapat memafkan orang lain? hebatkah kita? Sempurnakah kita? Tepuk dada, tanyalah iman.

C. Faktor-faktor yang Membentuk dan yang Mempengaruhi Akhlaq Manusia.
Banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan Akhlak antara lain adalah:
1. Insting (Naluri)
Aneka corak refleksi sikap, tindakan dan perbuatan manusia dimotivasi oleh kehendak yang dimotori oleh Insting seseorang ( dalam bahasa Arab gharizah). Insting merupakan tabiat yang dibawa manusia sejak lahir. Para Psikolog menjelaskan bahwa insting berfungsi sebagai motivator penggerak yang mendorong lahirnya tingkah laku antara lain adalah:
a. Naluri Makan (nutrive instinct). Manusia lahir telah membawa suatu hasrat makan tanpa didorang oleh orang lain.
b. Naluri Berjodoh (seksul instinct).
c. Naluri Keibuan (peternal instinct) tabiat kecintaan orang tua kepada anaknya dan sebaliknya kecintaan anak kepada orang tuanya.
d. Naluri Berjuang (combative instinct). Tabiat manusia untuk mempertahnkan diri dari gangguan dan tantangan.
e. Naluri Bertuhan. Tabiat manusia mencari dan merindukan penciptanya.
Naluri manusia itu merupakan paket yang secara fitrah sudah ada dan tanpa perlu dipelajrari terlebih dahulu.
2. Adat/Kebiasaan
Adat/Kebiasaan adalah setiap tindakan dan perbuatan seseorang yang dilakukan secara berulang-ulang dalam bentuk yang sama sehingga menjadi kebiasaan. Abu Bakar Zikir berpendapat: perbutan manusia, apabila dikerjakan secara berulang-ulang sehingga mudah melakukannya, itu dinamakan adat kebiasaan.
3. Wirotsah (keturunan)
warisan adalah:Berpindahnya sifat-sifat tertentu dari pokok (orang tua) kepada cabang (anak keturunan). Sifat-sifat asasi anak merupakan pantulan sifat-sifat asasi orang tuanya. Kadang-kadang anak itu mewarisi sebagian besar dari salah satu sifat orang tuanya.
4. Milieu
Artinya suatu yang melingkupi tubuh yang hidup meliputi tanah dan udara sedangkan lingkungan manusia, ialah apa yang mengelilinginya, seperti negeri, lautan, udara, dan masyarakat. milieu ada 2 macam:
1) Lingkungan Alam
Alam yang melingkupi manusia merupakan faktor yang mempengaruhi dan menentukan tingkah laku seseorang. Lingkungan alam mematahkan atau mematangkan pertumbuhn bakat yang dibawa oleh seseorang. Pada zaman Nabi Muhammad pernah terjadi seorang badui yang kencing di serambi masjid, seorang sahabat membentaknya tapi nabi melarangnya. Kejadian diatas dapat menjadi contoh bahwa badui yang menempati lingkungan yang jauh dari masyarakat luas tidak akan tau norma-norma yang berlaku.

2) Lingkungan pergaulan
Manusia hidup selalu berhubungan dengan manusia lainnya. Itulah sebabnya manusia harus bergaul. Oleh karena itu, dalam pergaulan akan saling mempengaruhi dalam fikiran, sifat, dan tingkah laku. Contohnya Akhlak orang tua dirumah dapat pula mempengaruhi akhlak anaknya, begitu juga akhlak anak sekolah dapat terbina dan terbentuk menurut pendidikan yang diberikan oleh guru-guru disekolah.




































BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Sekilas paparan diatas hanyalah sebuah ilmu pengetahuan yang harus diketahui oelh umat manusia. Namun, makalah ini akan lebih berarti jika dketahui dan di amalkan. Akhlaq manusia di bagi menjadi dua, yaitu Akhlaq Mahmudah dan Akhlaq Madzmumah. Akhlaq Mahmudah adalah akhlaq yang terpuji dimana akhlaq ini dibagi menjadi lima yaitu, akhlaq yang berhubungan dengan Allah, akhlaq diri sendiri, akhlaq terhadap keluarga, akhlaq terhadap masyarakat, dan akhlaq terhadap alam. Sedangkan, Akhlaq Madzmumah adalah akhlaq tercela dimana akhlaq ini dibagi menjadi sembilan yaitu, maksiat hati, maksiat perut, maksiat mata, dan maksiat lisan, maksiat kedua tangan, maksiat telinga, maksiat kemaluan, maksiat kaki, dan maksiat badan (tubuh).

Untuk membentuk kehidupan yang tentram dan harmonis perlulah manusia untuk memiliki sifat sabar, adil, syukur dan pemaaf yang harus tertanam di dalam diri manusia.

Terdapat lima faktor yang membentuk dan yang mempengaruhi akhlaq manusuia, yaitu insting (naluri), adat atau kebiasaan, wirotsah (keturunan), dan milieu.

B. SARAN

Setiap manusia pasti mempunyai akhlaq. Namun tidak setiap manusia berkahlaq mulia. Masih banyak di dunia ini, manusia yang berakhlaq tercela yang menjadikan maksiat sebagai hobi mereka. Sudah saatnya manusia untuk berubah menjadi lebih baik, yakni bertakwa kepada-Nya dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya





DAFTAR PUSTAKA


Al-Qur’an Al-Karim

Thoifuri, Rahayu Suci. 2009. Pendidikan Agama Islam untuk SMA. Bekasi: Ganeca Exact.

Sayid Sabiq. 1985. Aqidah islam pola hidup manusia beriman. Bandung: Dipenogoro.

Syaikh Abbdullah bin Thahir bin Muhammad bin Hasyim Ba Alawi. 2002. Sullamut Taufiq Tangga menggapai taufiq. Surabaya: Al-Hidayah

Drs. H. Abu Ahmadi. 1994. MKDU dasar-dasar pendidikan agama islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Drs. Zahruddin AR, M. M. Si. Dan Hasanuddin sinaga, S.Ag., M. A. 2004 Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: PT Grafindo Persada.

1 komentar: